KISAH
ini berawal dari nama depan yang ia miliki yang mirip dengan nama
Islam, namun ia bukan seorang muslim. Nama lengkapnya adalah Tarik Preston, ia
pemuda keturunan Afrika yang menetap bersama keluarganya di Washington.
Sudah
menjadi kebiasaan orangtua keturunan Afrika di Amerika pada tahun 60an hingga
80an, menamai anak-anak mereka dengan nama-nama Afrika yang Islami.
Saat
ditanya tentang nama depannya, Tarik dengan bangga mengatakan artinya bintang
yang sangat terang. Kadang ia menambahkan kisah kehebatan pejuang Islam Tariq
bin Ziyad dalam menaklukkan Spanyol pada 711 Masehi.
Ironisnya,
meski tahu sejarah dan arti namanya secara harfiah, Preston tidak terlalu
mengerti tentang Islam hingga ia menjadi mahasiswa.
Saat
Preston berkuliah di tahun pertama, seorang teman muslim-nya menyapa Preston
dengan salam. Temannya itu mengira Preston seorang muslim karena nama depannya
yang Islami.
Pertemuan dengan Ahmed
Saat
pulang liburan musim panas, Tarik bekerja sebagai telemarketer. Di tempat
kerjanya itu, Tarik bertemu dengan seorang muslim bernama Ahmed.
Meski
dia adalah mualaf dari Puerto Rico, penampilan dan sikap Ahmed sama dengan
temannya yang di perguruan tinggi. Tarik -pun bertanya kepadanya, “Apakah Anda
seorang muslim?” Dia tersenyum dan menjawab, “Ya Tarik, Anda juga?” Tarik
menjawab, “Tidak.” Dia tersenyum sambil berkata, “Dengan nama seperti itu Anda
seharusnya menjadi seorang muslim.”
Dia
mulai berbicara kepada saya tentang tauhid. Tarik terkesan dengan konsep
monoteisme Islam yang diutarakan Ahmed.
Akhirnya,
ia mengundang Tarik ke rumahnya dan menunjukkan salinan terjemahan Alquran
dalam bahasa Inggris. Tarik-pun meminjamnya. Dua minggu kemudian, Tarik
mengundang Ahmed ke rumahnya dan mereka berbicara lagi tentang Islam.
Tarik
kemudian memberitahu Ahmed bahwa ia percaya Alquran. Menurut Tarik, kitab itu
adalah kebenaran dan dia ingin menjadi seorang muslim.
Keesokan
harinya mereka pergi bersama-sama ke Islamic Center di Washington DC dan Tarik
akhirnya memeluk Islam. Beberapa tahun setelah menjadi mualaf, Allah memberkati
Tarik dengan sebuah kesempatan mempelajari Islam di Universitas Islam Madinah.
Tarik
akhirnya lulus dengan meraih gelar Associate dalam bahasa Arab
dan gelar Sarjana di Ilmu Hadis.
Tarik
Preston memeluk Islam saat usianya 19 tahun. Itu terjadi pada tahun 1988.
Sumber : islampos.com
0 komentar:
Posting Komentar