Minggu, 17 Agustus 2014

Bernama seperti orang Islam mengantarkannya kepada Islam


KISAH ini berawal dari nama depan yang ia miliki yang mirip dengan nama Islam, namun ia bukan seorang muslim. Nama lengkapnya adalah Tarik Preston, ia pemuda keturunan Afrika yang menetap bersama keluarganya di Washington.

Sudah menjadi kebiasaan orangtua keturunan Afrika di Amerika pada tahun 60an hingga 80an, menamai anak-anak mereka dengan nama-nama Afrika yang Islami.
Saat ditanya tentang nama depannya, Tarik dengan bangga mengatakan artinya bintang yang sangat terang. Kadang ia menambahkan kisah kehebatan pejuang Islam Tariq bin Ziyad dalam menaklukkan Spanyol pada 711 Masehi.

Ironisnya, meski tahu sejarah dan arti namanya secara harfiah, Preston tidak terlalu mengerti tentang Islam hingga ia menjadi mahasiswa.
Saat Preston berkuliah di tahun pertama, seorang teman muslim-nya menyapa Preston dengan salam. Temannya itu mengira Preston seorang muslim karena nama depannya yang Islami.

Pertemuan dengan Ahmed
Saat pulang liburan musim panas, Tarik bekerja sebagai telemarketer. Di tempat kerjanya itu, Tarik bertemu dengan seorang muslim bernama Ahmed.
Meski dia adalah mualaf dari Puerto Rico, penampilan dan sikap Ahmed sama dengan temannya yang di perguruan tinggi. Tarik -pun bertanya kepadanya, “Apakah Anda seorang muslim?” Dia tersenyum dan menjawab, “Ya Tarik, Anda juga?” Tarik menjawab, “Tidak.” Dia tersenyum sambil berkata, “Dengan nama seperti itu Anda seharusnya menjadi seorang muslim.”

Dia mulai berbicara kepada saya tentang tauhid. Tarik terkesan dengan konsep monoteisme Islam yang diutarakan Ahmed.

Akhirnya, ia mengundang Tarik ke rumahnya dan menunjukkan salinan terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris. Tarik-pun meminjamnya. Dua minggu kemudian, Tarik mengundang Ahmed ke rumahnya dan mereka berbicara lagi tentang Islam.

Tarik kemudian memberitahu Ahmed bahwa ia percaya Alquran. Menurut Tarik, kitab itu adalah kebenaran dan dia ingin menjadi seorang muslim.

Keesokan harinya mereka pergi bersama-sama ke Islamic Center di Washington DC dan Tarik akhirnya memeluk Islam. Beberapa tahun setelah menjadi mualaf, Allah memberkati Tarik dengan sebuah kesempatan mempelajari Islam di Universitas Islam Madinah.

Tarik akhirnya lulus dengan meraih gelar Associate dalam bahasa Arab dan gelar Sarjana di Ilmu Hadis.

Tarik Preston memeluk Islam saat usianya 19 tahun. Itu terjadi pada tahun 1988.

Sumber : islampos.com


0 komentar:

Posting Komentar

Featured Posts Coolbthemes